Sabtu, 04 Mei 2013

Cerpen, SESAL DI AKHIR



SESAL DI AKHIR

Jika cinta hadir karena seringnya pertemuan, aku percaya..
Karena aku pernah merasakannya, aku rein siswi kelas 3 dari salah satu sekolah negeri di jakarta, aku pernah merasakan cinta saat aku bertemu dengan seorang laki-laki yang tak lain adalah tetanggaku sendiri, dia beda 1 tahun lebih tua dariku dan dia bernama Dev. Sekarang dia adalah mahasiswa tingkat 1 di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

          Semasa kecil, saat aku kelas 1 SMP aku sering bermain dengannya berpetualang kesana kemari, sangan indah masa kecil kita dulu. Bahkan dia sering menyanjungku, merayuku dan dia pernah bilang bahwa dia menyukaiku, saat itu aku belum benar benar mengerti arti cinta yang sebenarnya, jadi aku dan dia hanya menjalankan kehidupan kita seperti biasa walaupun saat itu aku dan dia pacaran.

          Tapi.. setelah kita mulai beranjak dewasa saat aku kelas 3 dan kelas 1 SMA, dia mulai berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal, saat ayahnya di angkat menjadi manager di kantornya kehidupan dia berubah menjadi mewah, bahkan hatinya sekarang tertutup kesombongan, aku sampai-sampai tidak mengenali dirinya yang dulu.

          Kini hari hariku aku jalani sendiri, bahkan tidak ada kata putus darinya, hubungan kita berakhir begitu saja, entah apa yang ada pikirannya, aku tidak mengerti mengapa dia menjadi seperti ini, bahkan sesekali aku melihat dia membonceng perempuan lain dan mereka kelihatan mesra,sejak saat itu aku mulai melupakannya, melupakan masalalu kita berdua.

Waktupun berlalu kini aku kelas 3 SMA, dan dia sekarang sudah kuliah tinggkat 1, walapun rumah kita berdekatan aku jarang bertemu dengannya, bahkan hampir tidak pernah, tak sengaja aku bertemu dengannya di acara ulangtahun temanku yang ternyata teman dev juga, di sana aku dan dia seperti orang asing, tidak menyapa, tidak mengobrol, bahkan acuh satu sama lain.

          Saat acara sudah selesai aku berpamitan pulang kepada temanku, tetapi ada satu hal yang membuatku bingung harus bagaimana, temanku menyuruh dev untuk pulang bersamaku karena dia tahu aku dan dev searah jalan pulang.
“Dev, lo bareng rein yah, kalian kan searah pulangnya, kasian rein pulang sendirian naik taksi” dan dev pun menjawab “hmm yaudah kalo dia mau”.
Aku bingung setengah mati harus menjawab apa, tanpa di sadari aku menjawab “iya” .
          Akhirnya aku pulang bersama Dev, sepanjang jalan aku hanya diam dan dia pun tidak mengajakku berbicara sampai aku tiba dirumah, setelah aku turun dari motornya aku hanya menucapkan terimakasih, dan dia pun langsung menuju rumahnya.

          Hffffff sungguh malam yang menyebalkan, mengapa aku bertemu dengannya disana, tapi... malam ini membuat aku mulai merindukannya, rasa itu hadir lagi saat aku bertemu dengannya, ah sudahlah aku tidak mau memikirkannya lagi, sudah cukup.

Hari ini hari minggu seperti biasa jika hari libur aku hanya bermalas-malasan saja dirumah sambil menonton FTV kesukaanku, tiba-tiba handphoneku berbunyi dan saat aku melihatnya ternyata ada panggilan masuk dari nomor yang tidak aku kenali, lalu aku menjawab panggilan itu..

“hallo”

“Hallo, ini rein ya?”

“iya ini siapa ya?”

“ini gue dev”

“Dev?” gilaaa hatiku saat itu tak karuan, aku tidak percaya dia menelphon ku.

“Iya, kenapa? Ga suka yah gue telephon?”

“hmm gapapa kok, ada apa? Tumben nelpon”

“Engga gue cuma kangen aja sama lo“

Tiba-tiba Telpon teputus, gatau ada apa, tapi sejak itu aku dan dev mulai dekat kembali, aku dan dia sering smsan dan dia sering bercerita tentang pengalaman-pengalaman kuliahnya.

Dua bulan berlalu. Masa pedekate ku telah berakhir. Hari ini aku resmi menjadi pacarnya. Tadi malam, tepatnya malam minggu dia mengutarakan isi hatinya. Dia berjanji akan selalu ada untukku.

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Kurasakan cintanya kini telah memudar. Dia tak seperti pertama jadian dulu. Dia hanya menghubungiku di saat dia kesepian. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Aku yakin suatu saat dia pasti akan kembali seperti dulu, tapi lama-lama aku kesal dengan tingkahnya lalu aku memutuskan untuk menelponnya.

“Hallo”

Aku kaget saat ada yang menjawab telpon ini, tapi suaranya perempuan.
“Hallo ini siapa? Dev nya ada?”

“gue cewenya dev, devnya lagi di luar, ini siapa?”

Sekejap aku matikan telpon itu  tetes demi tetes air mata ini mulai berjatuhan. Aku tidak tertarik untuk meneruskan percakapanku dengan perempuan itu, Aku sudah bisa menebak akhir dari semua ini, Kesabaranku selama ini berbuah kesia-siaan. Ternyata hubunganku akan berakhir dengan rasa sakit untuk yang kedua kalinya.

Aku menyesal memberikannya kesempatan kedua, aku pikir dia akan berubah dan tidak akan mengulangi kesalahannya tapi ternyata dia tidak ingin berubah seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku.

Aku sangat kecewa dan kesal terhadap diriku sendiri, mengapa aku mau percaya dengan semua mulut manisnya, kini hanya rasa sesal yang aku rasakan, dan aku berjanji aku tidak ingin kenal dengan dia lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar