SESAL DI AKHIR
Jika cinta hadir karena
seringnya pertemuan, aku percaya..
Karena aku pernah
merasakannya, aku rein siswi kelas 3 dari salah satu sekolah negeri di jakarta,
aku pernah merasakan cinta saat aku bertemu dengan seorang laki-laki yang tak lain
adalah tetanggaku sendiri, dia beda 1 tahun lebih tua dariku dan dia bernama
Dev. Sekarang dia adalah mahasiswa tingkat 1 di salah satu perguruan tinggi
swasta di Jakarta.
Semasa kecil, saat aku kelas 1 SMP aku sering bermain
dengannya berpetualang kesana kemari, sangan indah masa kecil kita dulu. Bahkan
dia sering menyanjungku, merayuku dan dia pernah bilang bahwa dia menyukaiku,
saat itu aku belum benar benar mengerti arti cinta yang sebenarnya, jadi aku
dan dia hanya menjalankan kehidupan kita seperti biasa walaupun saat itu aku
dan dia pacaran.
Tapi.. setelah kita mulai beranjak dewasa saat aku kelas 3
dan kelas 1 SMA, dia mulai berubah menjadi seseorang yang tidak aku kenal, saat
ayahnya di angkat menjadi manager di kantornya kehidupan dia berubah menjadi
mewah, bahkan hatinya sekarang tertutup kesombongan, aku sampai-sampai tidak
mengenali dirinya yang dulu.
Kini hari hariku aku jalani sendiri, bahkan tidak ada kata
putus darinya, hubungan kita berakhir begitu saja, entah apa yang ada pikirannya,
aku tidak mengerti mengapa dia menjadi seperti ini, bahkan sesekali aku melihat
dia membonceng perempuan lain dan mereka kelihatan mesra,sejak saat itu aku
mulai melupakannya, melupakan masalalu kita berdua.
Waktupun
berlalu kini aku kelas 3 SMA, dan dia sekarang sudah kuliah tinggkat 1, walapun
rumah kita berdekatan aku jarang bertemu dengannya, bahkan hampir tidak pernah,
tak sengaja aku bertemu dengannya di acara ulangtahun temanku yang ternyata
teman dev juga, di sana aku dan dia seperti orang asing, tidak menyapa, tidak
mengobrol, bahkan acuh satu sama lain.
Saat acara sudah selesai aku berpamitan pulang kepada
temanku, tetapi ada satu hal yang membuatku bingung harus bagaimana, temanku
menyuruh dev untuk pulang bersamaku karena dia tahu aku dan dev searah jalan
pulang.
“Dev, lo bareng rein yah, kalian kan searah pulangnya, kasian
rein pulang sendirian naik taksi” dan dev pun menjawab “hmm yaudah kalo dia mau”.
Aku bingung setengah
mati harus menjawab apa, tanpa di sadari aku menjawab “iya” .
Akhirnya aku pulang bersama Dev, sepanjang jalan aku hanya
diam dan dia pun tidak mengajakku berbicara sampai aku tiba dirumah, setelah
aku turun dari motornya aku hanya menucapkan terimakasih, dan dia pun langsung
menuju rumahnya.
Hffffff sungguh malam yang menyebalkan, mengapa aku bertemu
dengannya disana, tapi... malam ini membuat aku mulai merindukannya, rasa itu
hadir lagi saat aku bertemu dengannya, ah sudahlah aku tidak mau memikirkannya
lagi, sudah cukup.
Hari ini hari minggu
seperti biasa jika hari libur aku hanya bermalas-malasan saja dirumah sambil
menonton FTV kesukaanku, tiba-tiba handphoneku berbunyi dan saat aku melihatnya
ternyata ada panggilan masuk dari nomor yang tidak aku kenali, lalu aku
menjawab panggilan itu..
“hallo”
“Hallo, ini rein ya?”
“iya ini siapa ya?”
“ini gue dev”
“Dev?” gilaaa hatiku saat itu tak karuan, aku
tidak percaya dia menelphon ku.
“Iya, kenapa? Ga suka yah gue telephon?”
“hmm gapapa kok, ada apa? Tumben nelpon”
“Engga gue cuma kangen aja sama lo“
“Iya, kenapa? Ga suka yah gue telephon?”
“hmm gapapa kok, ada apa? Tumben nelpon”
“Engga gue cuma kangen aja sama lo“
Tiba-tiba Telpon teputus, gatau ada apa, tapi sejak itu aku dan dev mulai
dekat kembali, aku dan dia sering smsan dan dia sering bercerita tentang
pengalaman-pengalaman kuliahnya.
Dua bulan berlalu. Masa pedekate ku telah berakhir. Hari ini aku resmi
menjadi pacarnya. Tadi malam, tepatnya malam minggu dia mengutarakan isi
hatinya. Dia berjanji akan selalu ada untukku.
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Kurasakan cintanya kini telah memudar.
Dia tak seperti pertama jadian dulu. Dia hanya menghubungiku di saat dia
kesepian. Aku mencoba bertahan dengan semua ini. Aku yakin suatu saat dia pasti
akan kembali seperti dulu, tapi lama-lama aku kesal dengan tingkahnya lalu aku
memutuskan untuk menelponnya.
“Hallo”
Aku kaget saat ada yang
menjawab telpon ini, tapi suaranya perempuan.
“Hallo ini siapa? Dev nya
ada?”
“gue cewenya dev, devnya
lagi di luar, ini siapa?”
Sekejap aku matikan telpon itu tetes
demi tetes air mata ini mulai berjatuhan. Aku tidak tertarik untuk meneruskan
percakapanku dengan perempuan itu, Aku sudah bisa menebak akhir dari semua ini,
Kesabaranku selama ini berbuah kesia-siaan. Ternyata hubunganku akan berakhir
dengan rasa sakit untuk yang kedua kalinya.
Aku menyesal memberikannya kesempatan kedua, aku pikir dia akan berubah dan
tidak akan mengulangi kesalahannya tapi ternyata dia tidak ingin berubah
seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku.
Aku sangat kecewa dan kesal terhadap diriku sendiri, mengapa aku mau
percaya dengan semua mulut manisnya, kini hanya rasa sesal yang aku rasakan,
dan aku berjanji aku tidak ingin kenal dengan dia lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar